Perilaku Remaja Indonesia Saat Ini : Kemajuan dan Kejatuhan Suatu Bangsa Berada di Pundak Remaja dan Pemuda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock 1992). Secara umum masa remaja adalah individu yang sedang mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan ditandai perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis, dan sosial. Remaja dan pemuda diibaratkan sebagai batang muda yang akan menentukan nasib dari negara itu sendiri karena remaja dan pemudalah yang akan membangun bangsa ini.

Kemajuan dan kemunduran bangsa Indonesia tidak terlepas dari para remaja dan pemuda yang mengisi pembangunan di masa kemerdekaan saat ini. Bangsa Indonesia sendiri bukanlah bangsa yang miskin dan terbelakang akan tetapi merupakan suatu bangsa yang besar dan memiliki cita peradaban yang tinggi. Pada masa lampau, Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dan keemasan di dunia Internasional melalui kerajaan maritim yang tangguh. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa peradaban bangsa Indonesia sangat tinggi seperti adanya bangunan bersejarah, karya tulis dan sistem kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Dulu kita percaya sekali bahwa tiga modal dasar yang dipunyai Indonesia seperti wilayah yang luas, melimpahnya sumberdaya alam dan jumlah penduduk yang besar, akan membawa bangsa kita menjadi makmur dan sejahtera. Tetapi ternyata semuanya itu tidak terbukti. Bahkan kalau kita lihat negara-negara “liliput” yang tidak memiliki kriteria tersebut, contohnya Singapura dan Hongkong bisa menjadi negara maju yang dipandang dunia. Korea Selatan, Jepang, New Zealand misalnya adalah Negara-negara yang terkenal dengan kriminalitasnya yang rendah dan ternyata merupakan negara-negara maju dengan karakter masyarakatnya yang terkenal mempunyai etos kerja tinggi (Megawangi 2004).

Pengalaman di atas dapat dijadikan contoh untuk para remaja dan pemuda sekarang dalam mangisi pembangunan untuk kemajuan bangsa yang kokoh. Mirisnya bangsa ini semakin tidak mengalami kemajuan yang pesat seperti masa lampau. Masalah datang silih berganti baik dalam aspek pembangunan di bidang ekonomi, hukum, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain-lain. Hal ini menandakan peran aktif dari remaja dan pemuda Indonesia yang masih belum optimal dalam melaksanakan kewajibannya sebagai generasi penerus bangsa. Di samping itu kemerosotan atau krisis akhlak dan moral sangat mempengaruhi remaja Indonesia saat ini.

Thomas Lickona juga mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda yang menunjukkan akan kehancuran suatu bangsa, yaitu : 1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, 3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6) menurunnya etos kerja, 7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, 9) membudayanya ketidakjujuran dan 10) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama. Sepuluh tanda-tanda tersebut telah ditemukan pada remaja dan pemuda Indosesia saat ini. Permasalahan ini harusnya lebih dini lagi dicegah dengan menanamkan nilai-nilai karakter yang positif untuk mencegah perilaku yang menyimpang dari norma yang ada. Penulis sendiri menyadari benar tentang himbauan dari Ibu Dwi selaku dosen M.K Perkembangan Karakter bahwa mahasiswa haruslah berdiri di garda depan dalam menegakkan moral guna memajukkan bangsa ini dari keterpurukkannya.

1.2 Perumusan Masalah

Penulisan ini mengangkat permasalahan dari tingkat remaja dan pemuda dengan subjek yang dipilih adalah mahasiswa. Dimana mahasiswa merupakan generasi muda bangsa yang akan membawa bangsa ini mencapai kemajuannya, bukan lagi sebagai masa anak-anak yang mementingkan tingkat kesenangan semata tetapi memikirkan bagaimana cita-cita bangsa kedepannya. Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah seputar mahasiswa diantaranya :
1). Pemilihan aktivitas apa saja di luar waktu kuliah yang bernilai positif atau negatif ?
2). Mengetahui peran pemuda dalam mengisi pembangunan, serta tahu kontribusi apa yang harus dilakukan untuk bangsa ini ?
3). Apakah dapat mencintai tanah airnya dengan mengakui produk dalam negri lebih baik dari luar negri ? , selain itu apakah dengan kekerasan dapat menyelesakian sebuah masalah di negri ini ?

1.3 Tujuan

Penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja perilaku remaja dan pemuda dalam mengisi pembangunan, sejauh mana remaja dan pemuda mengetahui perannya sebagai generasi penerus bangsa serta rasa cintanya terhadap tanah air. Di samping itu untuk mengetahui adanya pengaruh karakter dalam perilaku remaja dan pemuda itu sendiri. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku remaja dan pemuda saat ini dalam perannya mengisi pembangunan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

Remaja adalah mereka yang berusia antara 12-21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis menurut Suryabrata Sumadi (2005) sebagai berikut :

a). Masa pra-pubertas (12-13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja dan perkembangan intelektualitas yang sangat pesat. Akibatnya, remaj-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik dan mulai mengidolakan seseorang dan mengikuti gaya hidupnya, misalnya mengikuti style idolanya baik dalam TV, novel dan lain-lain serta suka menentang orang lain jika tidak sesuai dengan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain.

b). Masa Pubertas (14-16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri atau gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.

c). Masa akhir pubertas (17-18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putrid, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putrid lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umur kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.

d). Periode remaja Adolesen
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini. Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja dapat dilakuakan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negatif antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.

B. Indonesia saat ini

Masa berputar begitu cepatnya, dunia telah begitu saja berubah. Di tengah derasnya arus dunia, Indonesia dalam kenyataanya masih terjebak dalam sebuah lingkaran tak berkesudahan. “Masih”, satu kata yang tetap melekat erat dalam diri Indonesia sejak dinyatakan kemerdekaannya. Bangsa ini masih dipandu jalan kolonial, masih terperangkap utang, aset masih tergadaikan, rakyat masih terpinggirkan dan masih tak berdaulat atas kekayaan alam. Kemunduran bangsa ini mulai tampak, tidak saja dari bidang ekonomi tapi juga sosial, seperti tingkat pembunuhan, pemerkosaan yang semakin tinggi, kemiskinan yang masih sangat tinggi yakni sebanyak 34,96 juta jiwa rakyat Indonesia menderita kemiskinan. Semangat dan ketepatan pengentasan kemiskinan juga amat lambat dan mengecewakan, penurunan jumlah orang yang sangat miskin hanya turun dari 7,8% pada tahun 1996 menjadi 6,7% pada tahun 2007 [2].

Kenyataannya, tidak hanya di zaman Orde Baru, di Orde Reformasi kita menyaksikan aset Negara (BUMN) seperti Indosat dijual, bank-bank dijual, tambang dikuasai asing bahkan kontraknya diperpanjang, kejahatan besar perbankan terjadi lewat BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), sehingga negeri kita mengalami krisis yang amat parah dalam berbagai dimensi seperti krisis energi, krisis pangan, krisis infrastruktur, krisis finansial dan krisis fiskal. Pemimpin berkuasa lupa bahwa penjajah akan terus melakukan segala cara untuk menguasai kekayaan alam yang berlimpah, agar dapat disedot ke negeri mereka.

Kemajuan di negeri ini tidak secepat dengan kemundurunnya, akan tetapi sedikit demi sedikit jika dilakukan secara continu Indonesia akan menjadi Negara yang maju. Kita bisa melihat pada tahun 2008 negara kita telah mampu mencukupi kebutuhan pangan dan tidak melakukan impor, dengan demikian bahwa ekonomi Indonesia kita telah menunjukkan tanda-tanda membaik menuju ke kondisi sebelum krisis dengan naiknya angka pertumbuhan ekonomi, walaupun demikian kita masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk memajukan pertanian kita, yang pada umumnya baru sampai pada tahap “bertahan hidup” [3]

BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Tahap Penulisan

Penulisan ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan November hingga Januari 2010 yang meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis serta penulisan makalah. Pada tahap pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa (Nazir 1999). Kuesioner diberikan kepada sampel untuk diisi dan dikembalikan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer meliputi jenis kelamin dan 3 poin penting yang penulis ingin ketahui dari pendapat mahasiswa yaitu pengetahuan mahasiswa terhadap aktivitas diluar waktu kuliah, peranan sebagai pemuda , dan rasa cintanya terhadap tanah air. Subjek penelitian adalah mahasiswa Departemen Biologi Fakultas FMIPA angkatan 45, subjek berjumlah 50 orang diantaranya 15 orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Jumlah tersebut telah memenuhi jumlah minimal untuk dapat ditarik kesimpulan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan cara manual yakni dengan menghitung turus dari jumlah masing-masing pertanyaan. Pertanyaan yang dibuat sebanyak 6 buah dari 2 pertanyaan diantaranya memuat masing-masing 3 poin yang telah disebutkan diatas.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data dan Permasalahan

Hasil data yang diperoleh dari pengisian kuesioner menunjukkan hampir 48 % mahasiswa melakukan aktivitas yang bersifat positif, artinya tidak membuang-buang waktu dengan percuma, dan memanfaatkannya semaksimal mungkin waktu yang tersedia seperti mengikuti kepanitian, organisasi, diskusi, atau bekerja sebagai asisten praktikum, di samping itu persentase aktivitas yang kurang positif dimana waktu yang terbuang lebih banyak daripada kerja dan aktivitas keorganisasian yang kurang di luar kampus sebesar 52%. Hal ini terlihat mahasiswa lebih dominan kepada kesenangan misalnya menikmati sarana internet seperti chatting, facebook, games online dan lain-lain, serta menonton acara televisi yang tidak terlalu memuat pengetahuan, dan ada juga mahasiswa yang study oriented, waktu untuk beroorganisasi sangat kurang dibandingkan untuk bersosilisasi dengan lingkungan baik dengan sesama mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya. Pada hasil kuesioner dari 50 orang mahasiswa, juga diperoleh poin kedua yaitu pengetahuan pemuda serta perannya untuk masa depan bangsa yang lebih baik mencapai persentase 88% yang artinya mahasiswa pada usianya yang cukup dewasa ini telah mengetahui tanggung jawab akan kewajibannya sebagai generasi bangsa, namun masih saja ditemukan sekitar 12% mahasiswa yang belum mengetahui perannya sebagai generasi bangsa kedepannya. Pada hasil berikutnya yakni poin ketiga merupakan cermin rasa cinta terhadap tanah air, hasil yang diperoleh menunjukkan sebanyak 77% mahasiswa telah sadar akan kecintaanya terhadap tanah air dengan cara menghargai produk dalam negri yang lebih baik dibandingkan produk luar negri, 23% diantaranya adalah mahasiswa yang belum yakin atau belum berempati dalam menilai produk dalam negri dan sekitar 13% dari 23% tersebut telah mengakui bahwa produk luar lebih unggul dibandingkan dalam negri.

4.2 Analisis Kritis Permasalahan

Berdasarkan hasil yang telah dikemukakan di atas dapat dianalisis bahwa pada dasarnya mahasiswa yang merupakan seorang individu yang paling tinggi tingkatannya dibandingkan dengan anak pada tahap SMA ternyata masih membawa sifat remaja yang senang mencari kesenangannya. Namun beberapa individu mahasiswa sudah matang dalam memiliki pendirian untuk menentukan pilihan hidupnya. Perilaku-perilaku yang teramati sepertinya tidak terlalu menyimpang, hal ini mungkin dipengaruhi juga dari kematangan umur dari remaja tersebut bila dibandingkan dengan anak SMA yang masih labil. Akan tetapi tidak dipungkiri mahasiswa yang merupakan golongan intelektual yang memiliki sifat emosi dapat terkendalikan, konsekuen dan sadar yang menjadi tiga komponen dasar diri[4] terkadang masih lepas kontrol misalnya saja dalam melakukan orasi atau berdemo mereka masih memilih kekerasan dengan para aparat keamanan karena merasa aspirasinya dihalang.

Kelalaian idealisme dalam gerakan mahasiswa juga menjadi sorotan masyarakat. Salah satu kontribusi yang sangat penting yang diberikan mahasiswa kepada perjalanan bangsa ini adalah gerakan moral atau kekuatan moral ( moral force) dalam mencegah tindakan-tindakan yang tidak terpuji, berupa korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang sering kali muncul dalam berbagai orde kekuasaan.

Kekuatan moral (moral force) yang dijalankan kaum terpelajar ini terlihat amat kentara dalam gerakan reformasi bangsa sejak tahun 1998 yang lalu. Gerakan mahasiswa demikian krusial, suaranya begitu nyaring dan telah menjadi pengontrol yang sangat berarti bagi terciptanya clean governance dan munculnya sensitivitas masyarakat untuk mengontrol setiap bentuk penyimpangan dalam penyelenggaraan Negara dan pembangunan.

Akan tetapi, belakangan terjadi fenomena yang cukup menarik untuk diamati. Moral force sering kali tidak lagi menjadi simbol bagi setiap gerakan mahasiswa. Suara mereka sering kali tidak begitu nyaring, kadang-kadang tuntutan dan aspirasi mereka diperhatikan dan kadang-kadang tidak. Atau dapat disebut banyak yang tidak diperhatikan, jika bukannya tidak digubris sama sekali. Bahkan, situasi yang paling parah pun sering terjadi, sebagaian mahasiswa menjadi sangat spekulatif, membuat gerakan-gerakannya sebagai untung-untungan, jika ditanggapi alhamdulillah dan kalau tidak apa boleh buat.

Jika yang disebut terakhir telah terjadi, maka sebenarnya gerakan mahasiswa kita telah bergeser menjadi sekadar momok bagi masyarakat, tidak strategis, dan bahkan dipandang murahan.Mengapa hal ini bisa terjadi? Inilah pertanyaan yang perlu dikedepankan. Pertama, banyak mahasiswa kita yang mengalami kelelahan idealisme. Karena hal-hal ideal seperti yang dikehendaki moral force tidak lagi menjadi arus umum, reformasi lebih banyak terlaksana dalam konsep daripada dalam kenyataan. Maka, mahasiswa yang selama ini ideal, seringkali merasa sendirian. Akhirnya mereka mengalami kelelahan idealisme dan berubah menjadi pragmatis dan ikut arus. Kedua, banyak mahasiswa yang terjebak dalam sektarianisme sosial akibat keterlibatan dan atau keterikatan kepada partai, ormas, dan bahkan etnisisme yang semakin postmodern. Akibatnya, mereka menjadi sangat sulit untuk bersatu dalam suatu gerakan. Sebagian besar telah menjeratkan lehernya pada kerumitan jaringan sektarianisme yang terjadi. Ketiga, faktor yang juga sangat menonjol adalah keterjebakan sebagian mahasiswa dalam etika heteronom, motivasi suatu tindakan, gagasan, dan gerakan mahasiswa yang bukan oleh rasa kewajiban untuk menegakkan kebenaran, tetapi lebih banyak disebabkan motivasi di luar dirinya, dalam berbagai bentuk pamrih. Ketiga faktor ini sering telah menyebabkan terjadinya kelelahan idealisme tersebut dalam gerakan mahasiswa kita. Apabila hal ini betul-betul terjadi, maka ia merupakan bentuk kecelakaan sejarah bangsa ini.

Begitulah, jika jalan pikiran ini dapat diterima, maka salah satu agenda kerja kita yang sangat penting adalah mengatasi kelelahan idealisme dalam gerakan mahasiswa, dengan melakukan pencerahan dan support yang lebih kuat agar mereka kembali ke jati dirinya sebagai kekuatan moral bangsa di masa depan (Harahap 2005). Sekilas fenomena yang muncul pada mahasiswa saat ini dimana moral menempati posisi penting dalam melewati setiap keadaan dan bidang kehidupan. Oleh karena itu, setiap usaha untuk memajukan bangsa ini, mutlak membutuhkan moralitas.

Menurut Thomas Lickona karakter terdiri dari 3 bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan (moral feeling), dan perilaku bermoral (moral behavior). Karakter yang baik terdiri dari mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai atau menginginkan kebaikan (loving or desiring the good) dan melakukan kebaikan (acting the good), seperti yang disampaikan ibu Ratna Megawangi dalam bukunya bahwa ketiga aspek tersebut merupakan hal yang diperlukan dalam membentuk karakter agar siswa didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.

4.2.1 Mahasiswa professional dan mahasiswa politikus

Setiap perguruan tinggi atau universitas seperti ditulis Edward Shils memiliki tugas yang khas, yaitu secara metodis menemukan dan mengajarkan kebenaran-kebenaran tentang hal-hal yang serius dan penting. Diantaranya meningkatkan pengetahhuan mahasiswa dalam hal sikap dan metode untuk mengkaji dan menguji secara kritis kepercayaan-kepercayaan mereka agar apa yang dipahami dan diyakininya terbebas dari kekeliruan[5] .

Dengan itu diharapkan para mahasiswa akan lebih pintar, cerdas, bermoral dan terdidik. Kemudian mereka menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, ilmuwan, peneliti dan penggerak perubahan dalam masyarakat ( agent of change). Begitulah tugas utama mahasiswa sebenarnya adalah rajin menggali ilmu pengetahuan agar kelak menjadi terdidik dan dapat tampil sebagai banteng akal sehat yang bisa kritis terhadap situasi di tengah masyarakatnya

Berdasarkan jalan pikiran itu meskipun agak simplistic mahasiswa kita telah menapaki jalan dan aktivitas intelektualnya dengan stressing masing-masing yang secara sederhana dapat dikelompokkan pada dua kategori. Pertama, “mahasiswa profrsional” yang menetapkan stressing aktivitasnya untuk eajin mencari ilmu pengetahuan, mengejar bimbingan dosennya, sembari menaruh rasa hormat pada mereka, di samping kegiatan riset, baik riset perpustakaan maupun riset lapangan. Cirinya antara lain aktif di local kuliah, hadir dalam berbagai forum diskusi dan seminar, akrab dengan perpustakaan, sungguh-sungguh dalam mengembangkan lembaga-lembaga profesi mahasiswa, indeks prestasi tinggi dan selalu muncul dalam deretan nama mahasiswa yang memperoleh beasiswa dalam berbagai bentuknya. Kedua, “mahasiswa politikus” yang kalau mengmabil sampel di Negara-negara demokrasi-liberal, mereka sebentar terserap ke dalam kegiatan politik

Sebetulnya, arus minat politik mahasiswa itu tidak berjalan sendirian sebab dosen-dosen mereka, terutama fakultas-fakultas sosial dan humaniora juga semakin hari semakin memiliki minat yang tinggi terhadap arus besar politik ini. Kalangan “mahasiswa politikus” seperti yang disebut Shils, dibanding dengan dosen mereka, lebih cenderung pada posisi-posisis ekstrem, politik mereka pun lebih demonstratif. Kegiatan politik para mahasiswa ini sering kali lebih berapi-api dan lebih ekstensif serta makin banyak mengajukan tuntutan-tuntutan.

Namun, kerajinan tipe yang disebut terakhir dalam memperdalam ilmu pengetahuan sering kali terasa terdistors. Bimbingan dosennya serasa tidak begitu diharapkan, kecuali dosen-dosen tertentu yang dianggap dapat membakar semangat politik mereka. Nama-nama mereka pun jarang ditemukan pada deretan nama penerima beasiswa dalam berbagai bentuknya. Namun, jangan sampai lupa, bahwa mereka ini sering kali amat berguna terutama dalam mendobrak berbagai keadaan negatif dan kemapanan yang mengganggu kehidupan social meskipun mereka sering mengecewakan orang tuanya.

Dalam keadaan tidak normal, mahasiswa politikus ini sering sangat menonjol. Namun, ketika masyarakat berada pada kondisi stabil, banyak di antara mereka yang tidak punya keberanian mental dan keberanian ilmiah untuk kembali ke kampus (menekuni aktivitas akademik di kampus), berkompetisi dengan mahasiswa professional yang semakin cerdas. Bahkan banyak di antara mahasiswa politikus ini yang tidak kembali lagi ke “jalan yang benar “

Menurut Harahap Syahrin (2005) kita yang berada pada masa kini harus mengetahui bahwa aktivitas mahasiswa di kampus-kampus saat ini mulai diperankan dengan amat mengesankan oleh “ mahasiswa profesional “ itu, seperti terlihat pada aktivitas mereka yang demikian serius pada lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat, seminar dan diskusi ilmiah, koperasi mahasiswa dan sejumlah pusat serta kelompok kajian keilmuan pada bidangnya. Jika begitu kita sudah saatnya sebagai mahasiswa kembali membangun bangsa ini dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Hal awal yang dilakukan adalah melakukan sesuatu yang kecil misalnya : belajar tepat waktu, dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, semaksimal mungkin memanfaatkan waktu yang tersisa untuk melakukan aktivitas yang positif. Tanpa memandang apakah itu mahasiswa professional maupun mahasiswa politikus, kita sebagai para intelektual lah yang akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik, maju dan sejahtera.

4. 2. 2 Peran Penting Generasi Muda dalam Pembangunan Bangsa

Secara normatif, dan sebagaimana telah hampir dapat diterima oleh umumnya kita sekalian, pembentukan karakter bangsa merupakan hal yang amat penting bagi generasi muda dan bahkan menentukan nasib bangsa di masa depan. Selanjutnya, kita juga telah sering mendengar bahwasanya generasi muda perlu memiliki mental kepribadian yang kuat, bersemangat, ulet, pantang menyerah, disiplin, inovatif dan bekerja keras, untuk dapat menjadikan bangsanya menjadi bangsa yang memiliki daya saing tinggi, sehingga dapat berada sejajar dengan bangsa bangsa lain. Namun pada kenyataannya, pernyataan di atas sering hanya sebatas pada retorika. Kondisi yang kita hadapi sekarang menunjukkan bahwa era globalisasi telah menempatkan generasi muda Indonesia pada posisi yang berada di tengah-tengah derasnya arus informasi yang sedemikian bebas, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi. Sebagai akibatnya, maka nilai-nilai asing secara disadari ataupun tidak disadari telah memberi pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada generasi muda.Walaupun masih belum ada bukti empiris secara langsung bahwa nilai nilai asing tersebut seluruhnya memberikan dampak negatif bagi generasi muda, akan tetapi jika tidak dilakukan upaya antisipasi apapun, bukan tidak mungkin, di masa depan nanti, bangsa ini akan menjadi bangsa yang berpendirian lemah serta sangat mudah hanyut oleh hiruk-pikuknya dinamika globalisasi; dan pada akhirnya akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain.

Gambaran umum, keadaan di atas akan memberikan pengaruh pada rasa kebangsaan (nasionalisme) di kalangan generasi muda. Meskipun belum nampak secara jelas, akan tetapi harus diakui bahwa saat ini telah mulai ada sendiri. Upaya strategis yang harus dilakukan oleh generasi muda dalam menghadapi hal tersebut adalah sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap segenap upaya nihilisasi dari pihak luar terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Adapun generasi muda dalam melaksanakan koordinasi gerakan tersebut memiliki 3 (tiga) peran penting [6], yakni:
1) Sebagai pembangun-kembali karakter bangsa (character builder). Di tengah tengah derasnya arus globalisasi, kemudian ditambah dengan sejumlah erosi karakter positif bangsa sementara adanya gejala amplifikasi atau penguatan mentalitas negatif, seperti malas, koruptif dan sebagainya, maka peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa. Peran ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral di atas kepentingan kepentingan sesaat sekaligus upaya kolektif untuk menginternalisasikannya pada kegiatan dan aktifitasnya sehari-hari.

2) Sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Pembangunan kembali karakter bangsa tentunya tidak akan cukup, jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus menerus. Sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter atau character enabler. Bentuk praktisnya adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif. Peran ini pun juga tidak kalah beratnya dengan peran yang pertama, karena selain kemauan kuat dan kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, masih dibutuhkan adanya kekuatan untuk terlibat dalam suatu ajang konflik etika dengan entitas lain di masyarakat maupun entitas asing.

3) Sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan dengan perlunya adaptifitas daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa. Peran yang terakhir ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Harus diakui bahwa pengembangan karakter positif bangsa, bagaimanapun juga, menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Sebagai contoh karakter pejuang dan patriotisme tentunya tidak harus diartikulasikan dalam konteks fisik, akan tetapi dapat dalam konteks lainnya yang bersifat non-fisik. Peran generasi muda dalam hal ini sangat diharapkan oleh bangsa, karena di tangan mereka-lah proses pembelajaran adaptif dapat berlangsung dalam kondisi yang paling produktif.

Hal yang berat bagi para generasi muda adalah untuk memainkan ketiga peran tersebut secara simultan dan interaktif. Memang masih diperlukan adanya peran pemerintah dan komponen bangsa lainnya dalam memfasilitasi aktualisasi peran tersebut oleh generasi muda. Namun demikian konsentrasi peran tetap pada generasi muda. Tanpa adanya peran aktif mereka dalam gerakan revitalisasi kebangsaan yang dimaksud di atas, maka bukan tidak mungkin penggerusan nilai-nilai budaya bangsa akan berjalan terus secara sistematis dan pada akhirnya bangsa ini akan semakin kehilangan integritas dan jati-dirinya.

Apabila tiap mahasiswa telah memiliki visi dan misi untuk membawa bangsa ini menjadi lebih maju maka diharapkan untuk tetap fokus, komitmen dan terus kerja keras dalam mengatasi segala bentuk keterpurukkann negri ini. Karena sesungguhnya bangsa ini menunggu kita sebagai regenerasi bangsa kedepannya dengan memiliki modal karakter yang kuat dan positif kita mampu menyelesaikan sedikit demi sedikit masalah yang ada, kerena semua realita yang telah terjadi di negri ini belum pasti harga mutlak dapat kita rubah dan dihindari. Penulis sendiri terinspirasi dalam kutipan dari sebuah novel karya Donny Dhirgantoro yang mengatakan :
“….Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan….sehabis itu yang kamu perlu….Cuma….”
“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
leher yang akan lebih sering melihat ke atas “
“Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja….”
“Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya….”
“Serta mulut yang akan selalu berdoa….”
“Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan,bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak teralkulasikan sengan angka berapa pun….Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya…..”

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas sangat jelaslah bahwa perilaku remaja atau pemuda khusunya mahasiswa lebih ditekankan kepada moral yang menjadi penentu akan kemana bangsa ini dapat diarahkan. Pada bahwasannya remaja dan pemuda merupakan generasi muda yang berperan khusus sebagai character enabler, character builders dan character engineer. Meskipun untuk menjalankan ketiga peran tersebut secara efektif, generasi muda nantinya masih memerlukan dukungan dari pemerintah maupun komponen bangsa lainnya, namun esensi utamanya tetap pada peran generasi muda. Hal tersebut selain karena generasi muda masih berada dalam puncak produktifitasnya, juga karena generasi muda adalah komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai di tengah-tengah derasnya liberalisasi informasi era globalisasi untuk mencapai kemajuan di negri ini.

Dalam segi pemilihan aktivitas di dalam kampus maupun di luar kampus haruslah yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, serta diperhitungan waktunya untuk tidak membuang waktu dengan percuma dengan aktivitas yang kurang bermanfaat. Masa depan haruslah telah dirancang mulai dari sekarang, sebagai bekal persiapan untuk berkontribusi kepada negri ini, dan menanamkan rasa bela negara. Hal ini akan mencerminkan perilaku kita terhadap rasa cinta tanah air yang dapat menumbuhkan semangat juang tinggi dan berfikir untuk tidak hanya ingin dijajah tapi berusaha untuk memajukan bangsa ini.

5.2 Saran

Kemajuan dan kemunduran bangsa ini terletak ditangan remaja dan pemuda, sehingga perlu adanya upaya dalam perbaikan karakter yang mengarah pada pembentukan karakter yang baik dan hal ini perlu adanya sosialisasi yang lebih luas lagi kepada berbagai kalangan, baik masyarakat umum, civitas akademika, hingga pemerintah sebagai pembuat dan penentu kebijakan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Dhirgantoro Donny. 2005. 5 cm. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Harahap Syahrin. 2005. Penegakan Morak Akademik Di dalam dan Di luar Kampus. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada.

Lickona T. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsbility. New York : Bantam Books.

Megawangi Ratna.2004. Pendidikan Karakter : Solusi Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta : Indonesia Heritage Foundation.

Nazir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Suryabrata Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada.

7 thoughts on “Perilaku Remaja Indonesia Saat Ini : Kemajuan dan Kejatuhan Suatu Bangsa Berada di Pundak Remaja dan Pemuda

Tinggalkan komentar